Selasa, 09 November 2010

Observatorium Bosscha


Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini. Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.
Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
Observatorium Bosscha, seperti umumnya observatorium lain di dunia, adalah suatu organisasi dengan ciri-ciri spesifik yang bernuansa internasional. Kaidah-kaidah ilmiah acuan global terpadu dengan nilai-nilai historis dan lingkungan telah mendasari nafas kehidupan Observatorium Bosscha. Detak-detak jantung kebenaran nilai-nilai ilmu pengetahuan itu harus dilestarikan dan perlu dikelola secara terarah, integratif dan profesional. Secara operasional administratif, observatorium ini berada di bawah pengelolaan Departemen Astronomi, FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), ITB. Alam usianya yang sudah mencapai 80 tahun, fungsi utama sebuah observatorium masih tetap dipertahankan sebagai laboratorium penelitian. Dukungan lingkungan hidup yang asri akan memberikan hasil-hasil penelitian yang dapat diterjemahkan menjadi informasi yang sangat bermanfaat bagi pendidikan masyarakat luas. Sebagai pusat penelitian dan pengembangan basic space science, salah satu misinya adalah mencerdaskan kehidupan dan pendidikan bangsa. Pencarian kebenaran ilmu pengetahuan merupakan naluri dan kebutuhan umat manusia, oleh karena itu Observatorium Bosscha terbuka bagi pendidik dan anak didik untuk memperoleh informasi alam semesta. Ilmu pengetahuan tidak layak dijejalkan dalam porsi kurikulum yang masif. Demikian pula anak didik tidak bisa dicetak menjadi peraih hadiah Nobel untuk misal 10 tahun ke depan, tanpa dibarengi dengan pembangunan sistematis sumber daya manusia dan infrastruktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Budaya sesuai kaidah ilmu pengetahuan yang logis, kritis dan terbuka selayaknya dimulai dari lingkungan mikro, yaitu keluarga untuk selanjutnya watak dan perilaku dengan ciri tersebut akan membentuk peradaban baru.

(T-2/Chandra Riza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar